Friday, February 6, 2009

Hakikat KebahagiaanI tulisan Abu Faqih

HAKIKAT KEBAHAGIAAN!

Oleh Abu Faqih

Suatu hari, Nasruddin (tokoh asal Timur Tengah yang lucu) mencari sesuatu di halaman rumahnya yang penuh dengan pasir. Ternyata dia mencari jarum yang jatuh. Jirannya yang merasa kasihan, ikut membantunya mencari jarum tersebut. Tetapi selama satu jam mereka mencari jarum itu tak dapat juga. Jirannya bertanya, "Jarumnya jatuh dimana ?" "Jarumnya jatuh di dalam," jawab Nasruddin. "Kalau jarum jatuh di dalam rumah, mengapa mencarinya di luar ?" tanya jirannya. Dengan wajah selamba, Nasruddin menjawab, "Kerana di dalam gelap, di luar terang."

Begitulah, perjalanan kita mencari kebahagiaan.

Sering kali kita mencari kebahagiaan di luar dan tidak mendapat sesuatupun. Sedangkan daerah tergelap dalam mencari kebahagiaan, sebenarnya adalah daerah yang terletak di dalam diri kita sendiri. Justru letak “sumber” kebahagiaan yang tidak pernah kering, berada di dalam. Tidak perlu juga mencarinya jauh-jauh, kerana sumber itu berada di dalam diri semua orang. Sayangnya kerana faktor peradaban, keserakahan dan faktor lainnya, banyak orang mencari sumber kebahagiaan itu di luar. Ada orang yang mencari kebahagiaan dalam bentuk kecantikan atau kehalusan kulit, jawatan, baju mahal, kereta mewah atau rumah indah. Tetapi realitinya, bila mencari kebahagiaan itu di luar diri, pada hujungnya tiada akan menghasilkan apa-apa. Mungkin kebahagiaan itu akan dijumpai juga, tetapi tiada berkekalan, hanya merupakan “ kenikmatan sesaat”. Mengapa demikian ? Kerana semua itu, tidak akan berlangsung lama. Kehalusan kulit, misalnya, akan berkedut karena termakan usia, kereta mewah akan tertinggal dengan model terbaru, jawatan juga akan hilang kerana bersara ataupun dipecat. "Setiap perjalanan mencari kebahagiaan di luar, akan selalu berhujung pada kehampaan belaka, leads you nowhere. Setiap kekecewaan hidup yang jauh dari kebahagiaan, berangkat dari mencari kebahagiaan itu di luar".

Untuk mencapai tingkatan kehidupan yang penuh kebahagiaan seseorang harus melalui 5 (lima) buah “pintu” yang menuju ke tempat tersebut.

Pintu pertama menuju kebahagiaan adalah stop comparing, start flowing. Stop membanding dengan yang lain. Seorang ayah atau ibu belajar untuk tidak membandingkan antara sesama anak-anaknya ataupun membandingkan anaknya dengan anak orang lain. Kerana setiap pembandingan akan membuat anak-anak terganggu perkembangan mentalnya dan mereka akan mencari kebahagiaan di luar.

Setiap penderitaan hidup manusia, setiap kehidupan yang tidak bahagia, dimulai dari membandingkan. Contoh Michael Jackson, sebagai orang yang sering kali membandingkan dirinya dengan orang lain. "Wangnya banyak, mampu memenuhi keinginan dan hobinya, namun dia terpaksa mencari kebahagiaan dengan melakukan operasi plastik. Itu artinya dia mencari kebahagiaan di luar dirinya. Orang yang hidup dari satu perbandingan ke perbandingan lain, maka hidupnya kurang lebih sama dengan orang yang mengejar fatamorgana kerana berkehendakkan air.

Marilah kita tukar arah langkah menuju ke sebuah titik, mengalir (flowing) menuju kehidupan yang paling bahagia di dunia, iaitu menjadi diri sendiri. Apa yang disebut flowing ini sesungguhnya sederhana saja. Kita akan menemukan yang terbaik dari diri kita, ketika kita mulai belajar menerimanya. Sehingga kepercayaan diri juga dapat wujud. Kepercayaan diri ini berkenaan dengan memahami kemampuan diri yang kita bangun dari dalam. "Tidak ada kehidupan yang paling bahagia dengan menjadi diri sendiri. Itulah kebahagiaan yang sebenar-benarnya !"

Pintu kedua menuju kebahagiaan adalah “memberi”. Sebab utama kita berada di bumi ini, kata orang bijak pandai : “Hidup adalah untuk memberi." Kalau masih ragu dengan kegiatan memberi, artinya kita harus berusaha menyesuaikan diri dengan mencuba memberi lebih banyak. Ada 3 tangga emas kehidupan. I intend good, I do good and I am good.

Saya berniat baik, saya melakukan hal yang baik, kemudian saya menjadi orang baik. Yang baik-baik itu boleh kita lakukan, bila kita konsentrasi pada hal memberi,"

Memberi bukan selalu dalam bentuk materi. Pemberian dapat berbentuk senyum, pelukan, perhatian, dan lain sebagainya. Setiap manusia yang sudah rajin memberi, dia akan memasuki wilayah happiness.
"Kita sering bertemu dengan orang-orang kaya. Ada yang suka memberi, ada yang kedekut. Orang yang tidak suka memberi akan tampak pada muka orang itu kegersangan. Orang yang mukanya gersang ini mungkin akan bertanya : berapa biaya yang harus dikeluarkan untuk membeli kebahagiaan ? Jawabannya : tiada mahal. Cukup murah, iaitu hanya dengan : sleep well, eat well,"

Hanya sahaja orang sering kali membuat rumit perkara yang sudah rumit. Kalau kita sederhanakan, sleep well, eat well akan jadi mudah jika diikuti dengan kegiatan memberi. "Tak perlu risau, setiap pemberian itu ada yang mencatat. Jika bos anda di pejabat tidak mencatat pemberian Anda, ada “Atasan Tertinggi” yang mencatatnya. Mirip dengan petani, hidupnya penuh dengan memberi. Dia menanam sebahagian besar untuk orang lain. Menurut kebiasaan petani yang ikhlas menanam, maka dia akan menuai hasil tanamannya seperti yang diharapkan.

Pintu ketiga untuk menuju kebahagiaan adalah berawal dari titik terang yang ada dalam diri kita, yang mampu mengalahkan gulita hidup kita. Perhatikanlah bintang di malam hari tampak bercahaya, jika langitnya gelap. Begitu juga, lilin di sebuah ruang akan bercahaya terang, jika ruangnya gelap. Dengan kata lain, semakin kita berhadapan dengan masalah dan dugaan dalam hidup, semakin bercahaya kita dari dalam. "Jika kita punya suami yang panas baran, jangan lupa mengucapkan terima kasih pada Tuhan. Kerana suami yang panas baran, akan menjadikan kita lebih berhati dan teliti. Jika kita punya istri yang suka meleter. Ucapkan terima kasih pada Tuhan, kerana orang yang suka meleter adalah guru terbaik dan penuh perhatian dalam hidup kita. Paling tidak dari orang yang suka meleter kita belajar tentang kesabaran. Jika kita punya bos sangat garang, itu sengaja Tuhan bagi. Agar kita belajar tentang kebijaksanaan," Orang yang pada akhirnya menemukan kebahagiaan, biasanya telah lulus dari universiti kesusahan. Semakin banyak kesusahan hidup yang kita hadapi, semakin diri kita bercahaya dari dalam. Mengutip perkataan Jamaluddin Rumi : “Apa yang ada pada kita semuanya dikirim sebagai pembimbing kehidupan dari sebuah tempat yang tidak terbayangkan.” Tidak hanya yang cantik sahaja yang berguna, yang buruk juga berguna. Gunanya adalah karena yang buruk membuat yang cantik terlihat menjadi bertambah cantik. Dengan adanya yang buruk membuat kita jadi tahu yang cantik. Jadi semua ada gunanya, untuk menghidupkan cahaya dalam diri kita"
Pintu keempat untuk menuju kebahagiaan adalah surga yang penuh kenikmatan. Surga yang dimaksud di sini bukanlah sebuah tempat, melainkan rangkaian sikap. "Bila kita melihat hidup penuh dengan kerisauan, maka bukan syuga yang kita dapat tetapi neraka. Sedangkan kita akan bertemu surga, jika hasil dari rangkaian sikap kita benar.
Sikap ini dimulai dari berhenti merisaukan segala sesuatu dalam hidup kita. Coba yakinkan diri bahawa everything will be allright. Mungkin kita beribadah, berdoa dan memohon kepada Tuhan, tetapi setiap kali pula kita merasa takut. Padahal ketakutan adalah sebentuk keragu-raguan terhadap Tuhan.

"Kalau kita berdoa tapi masih takut, tiada guna kita berdoa. Kerana yang demikian bermakna kita kehilangan keyakinan. Lebih baik kita yakin, kerana dengan keyakinan diri hidup ini akan berjalan dengan baik. Kebahagiaan akan kita dapat jika kita memiliki keyakinan diri.

Pintu kelima menuju kebahagiaan yakni “tahu diri “. Ada cerita kanak-kanak tentang sekumpulan haiwan yang hendak membuat sekolah kerana mereka tidak mahu kalah dengan manusia. Semua haiwan mengikuti kursus berlari, berenang dan terbang.

Tetapi satu tahun kemudian, haiwan-haiwan tersebut merasa penat sekali. Burung tetap hanya boleh terbang, ikan tetap hanya dapat berenang, dan serigala tetap hanya mampu berlari.

Akhirnya mereka sampai pada sebuah kesimpulan, bahawa mereka harus tahu diri. Ikan mesti tahu diri hanya boleh berenang, burung mesti tahu diri hanya dapat terbang sedangkan serigala harus tahu diri hanya mampu berlari. Sehingga, seperti haiwan-haiwan tersebut, manusia-manusia yang tidak tahu diri adalah manusia yang tidak pernah ketemu keindahan dan kebahagiaan.

Ada sebuah kalimat bijak ; "Sumber keindahan dan kebahagiaan hidup yang tidak pernah kering berada di dalam diri kita.

Sumber ini hanya mampu kita terokai jika kita memiliki alat untuk menggalinya. Alat untuk menggali itu adalah mengetahui diri kita sendiri. Seandainya diri sendiri telah ditemukan, secara automatik kita akan mengetahui kehidupan. Manakala kita telah mengetahui kehidupan, bererti kita telah menemukan kebahagiaan

Thursday, February 5, 2009

Tulisan Ahmad Syafii Maarif di Gatra

Gilad Atzmon, Al-Qassam, dan Zionisme

Gilad Atzmon (lahir 1963) menulis: ''Jika Anda bertanya-tanya mengapa orang Israel tidak mengetahui sejarah mereka, jawabannya sangat sederhana, mereka tidak pernah diberitahu. Situasi yang mendorong konflik Israel-Palestina tersimpan rapi dalam kultur mereka. Jejak-jejak peradaban Palestina pra-1948 di tanah itu telah dimusnahkan. Tidak saja tentang Nakba, pembersihan etnis penduduk Palestina asli, yang tidak menjadi bagian dari kurikulum Israel, bahkan tidak disebut atau didiskusikan di forum resmi atau akademik mana pun."

Kesaksian mantan zionis dan angkatan udara Israel ini menjadi sangat penting untuk mengetahui peta mengapa rakyat Israel merasa bahwa merekalah pemilik sah tanah Palestina itu. Padahal, kata Atzmon, tanah itu adalah tanah curian dari pemilik yang sebenarnya: rakyat Palestina.

Atzmon, pemusik papan atas di London, adalah cucu tokoh sayap kanan organisasi teror Irgun, yang telah mengusir dan membantai rakyat Palestina pada tahun-tahun awal pembentukan negara Israel tahun 1948. Tapi setelah mempelajari secara dalam asal-usul negara zionis itu, Atzmon yang juga seorang novelis, dengan kehendak sendiri hijrah ke London tahun 1994. Dari kota inilah ia membeberkan kepalsuan zionisme dan membela hak kemerdekaan Palestina melalui berbagai forum, termasuk media cetak.

Artikel barunya pada awal Januari 2009 dalam ungkapan yang sangat puitis tapi tajam berjudul: ''Living on Borrowed Time in a Stolen Land (Hidup di atas Waktu Pinjaman di Sebuah Tanah Curian)". Kita akan dapat dengan mudah mengakses artikel ini via: http://www.palestinechronicle.com/print_article.php?=14594, karena Atzmon adalah penulis penting pada media cetak The Palestine Chronicle, sebuah media yang menyuarakan hati nurani rakyat Palestina yang tertindas selama lebih dari enam dasa warsa, sejak 1948.

Penulis lain adalah Uri Avnery, mantan anggota Knesset, 85 tahun, tinggal di Tel Aviv. Ia juga tokoh Yahudi yang gigih membela kemerdekaan Palestina dengan konsep dua negara bertetangga: Palestina dan Israel. Avnery tidak pernah percaya bahwa kaum zionis yang selalu didukung Amerika Serikat sungguh-sungguh ingin melihat sebuah negara Palestina merdeka. Itulah sebabnya ia berharap pada Barack Obama untuk mengubah secara fundamental peta buram yang telah menindas rakyat Palestina secara sangat biadab dalam tempo puluhan tahun.

Tentang roket Al-Qassam, Atzmon menulis: ''Bagi saya, tembakan-tembakan Al-Qassam yang secara sporadis mendarat di Sderot dan Ashkelon tidak lebih dari sebuah pesan rakyat Palestina yang terkurung. Pertama, ia adalah sebuah pesan kepada tanah yang dicuri, lapangan-lapangan rumah, dan kebun buah-buahan: 'Bumi kami yang tercinta, kami tak pernah lupa, kami masih berada di sini berjuang untukmu, cepat lebih baik tinimbang terlambat, kami akan kembali, kami akan mulai lagi di mana kami pernah menghentikannya.'

"Tapi juga ia merupakan pesan yang jelas kepada rakyat Israel. 'Kalian ke luar dari sana, di Sderot, Beer Sheva, Ashkelon, Ashdod, Tel Aviv, dan Haifa, apakah kalian menyadari atau tidak, kalian sebenarnya hidup pada sebuah tanah curian. Lebih baik Anda mulai berkemas-kemas karena waktu semakin habis, kalian telah menguras kesabaran kami. Kami, rakyat Palestina, tidak akan kehilangan apa-apa lagi.''

'Setiap pakar Timur Tengah tahu bahwa Hamas dapat merebut Tepi Barat dalam beberapa jam. Memang, kontrol Otoritas Palestina dan Fatah di Tepi Barat sengaja dijaga PPI (Pasukan Pertahanan Israel). Sekali Hamas menguasai Tepi Barat, pusat penduduk Yahudi yang terbesar akan terserah kepada belas kasihan Hamas. Bagi mereka yang gagal melihat, ini akan menjadi akhir bagi Israel Yahudi."

Mungkin saja berlaku kemudian hari ini, dalam tiga bulan, atau dalam lima tahun. Ini bukanlah masalah 'jika', tetapi lebih merupakan masalah 'waktu'. Pada saat itu, seluruh Israel akan berada dalam jarak tembak Hamas dan Hizbullah. Masyarakat Israel akan hancur, ekonominya runtuh. Harga sebuah vila yang terpisah di Tel Aviv Utara akan sama dengan sebuah gudang di Kiryat Shmone atau Sderot. Di saat sebuah roket memukul Tel Aviv, mimpi zionis menjadi tamat.''

Sepintas lalu, apa yang disampaikan Atzmon seperti mustahil, mengingat kekuatan Hamas sama sekali tidak sebanding dengan kecanggihan persenjataan Israel. Tapi mengapa mereka tidak pernah putus asa untuk melawan dengan segala kelemahan persenjataannya?

Atzmon menjawab: ''Karena bagi rakyat Palestina, Palestina adalah rumah.'' Dengan demikian, di mata mereka, kaum zionis adalah pendatang haram di rumah itu yang harus diusir. Bagaimana hari depan zionisme? Jika sikap kepala batu dan keganasan tetap dipertahankan, menurut Atzmon, zionisme tidak punya masa depan, karena ia gagal menjadi bagian dari kemanusiaan.

Sebagai penutup artikelnya, Atzmon menulis: ''Sekali lagi, orang Yahudi akan harus mengembara menuju sebuah nasib yang tak berpeta. Sampai batas tertentu, saya sendiri telah memulai perjalanan saya belum terlalu lama.''

Ahmad Syafii Maarif
Guru Besar Sejarah, pendiri Maarif Institute
[Perspektif, Gatra Nomor 10 Beredar Kamis, 15 Januari 2009]
www.gatra.com